02 August 2025 – Transisi energi indonesia menjadi sorotan dalam pertemuan yang menghadirkan Selwin Charles Hart, Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Aksi Iklim dan Transisi Energi Berkeadilan. Hart membahas secara mendetail target bauran energi terbarukan nasional sebesar 23 persen pada tahun 2025. Ia memberikan perhatian pada kesenjangan capaian nyata, yang hingga akhir 2024 baru mencapai sekitar 13,2 persen.
Dalam pertemuan di Jakarta tersebut, Hart menyoroti urgensi modernisasi teknologi hijau seperti smart grid untuk menghasilkan integrasi efisien antara tenaga surya, angin, dan biomass ke dalam sistem kelistrikan nasional. Ia menekankan pentingnya membatasi ketergantungan pada bahan bakar fosil serta mengurangi subsidi fossil yang mencapai rasio hingga 9 banding 1 dibanding energi terbarukan.
Universitas Indonesia juga dihadirkan dalam diskusi melalui Professor Widodo W. Purwanto, yang menyatakan perlunya reformasi struktur industri energi serta political will kuat dari pemerintah demi mempercepat adopsi energi bersih. Widodo menyebut bahwa sinkronisasi kebijakan antar sektor dan kepastian regulasi menjadi faktor utama menarik investasi hijau.
Lebih dari itu, inisiatif smart grid yang tengah dikembangkan oleh PLN bersama PBB melalui UNOPS bertujuan mendukung sistem kelistrikan modern dengan integrasi energi terbarukan secara real time di Jawa, Madura dan Bali. Ini dianggap sangat penting untuk menyokong target nasional dan memperkuat ketahanan sistem distribusi energi.
Diskusi hari ini merefleksikan kebutuhan transisi energi yang adil dan terarah, tidak hanya untuk mitigasi iklim tapi juga inklusi masyarakat yang terdampak oleh perubahan sektor energi. Hart menyerukan pendekatan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang seimbang agar transformasi nasional tak meninggalkan kelompok rentan.
Poin utama dari pernyataan ini adalah bahwa Indonesia perlu mempercepat perjalanan menuju energi berkelanjutan melalui teknologi, kebijakan yang konsisten, serta pengurangan subsidi fosil. Jika tindakan dilakukan secara sinergis, target 23 persen bauran energi terbarukan pada 2025 bisa menjadi pendorong besar bagi ketahanan energi nasional dan ketertarikan investasi hijau jangka panjang.