Syracusebroadband.org – Israel dituduh melakukan serangkaian kebohongan untuk membenarkan genosida di Gaza, terutama setelah serangan yang dilancarkan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023. Sejak saat itu, pasukan Israel dilaporkan telah membunuh lebih dari 67.000 warga Palestina, dengan angka tersebut diperkirakan masih jauh dari jumlah sebenarnya.
Kampanye disinformasi oleh Israel muncul di tengah kekerasan yang berkepanjangan, dengan berbagai narasi yang menyebar di media sosial dan arus utama. Beberapa klaim yang paling mencolok termasuk berita palsu tentang “40 bayi dipenggal,” yang disebarkan oleh saluran Israel namun tidak pernah terverifikasi dan dibantah oleh berbagai sumber media.
Selain itu, ada juga tuduhan mengenai pemerkosaan massal yang dikaitkan dengan Hamas pada tanggal yang sama. Namun, saksi yang awalnya mengonfirmasi klaim tersebut menarik pernyataan itu beberapa bulan kemudian, mengakui bahwa ia tidak memiliki bukti akurat. Dalam konteks ini, tindakan yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap tahanan Palestina justru tercatat dalam berbagai dokumentasi dan video.
Israel juga dituduh mengandalkan klaim bahwa Hamas menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia, tanpa bukti yang kuat untuk mendukung tuduhan tersebut. Dokter di Rumah Sakit Al Shifa mengungkapkan bahwa tidak ada tanda-tanda kehadiran militer di rumah sakit tersebut, meskipun Israel terus mensponsori narasi sebaliknya.
Kondisi di Gaza yang semakin memburuk ini terjadi di tengah perundingan gencatan senjata yang berlangsung di Kairo, Mesir, dalam upaya menghentikan kekerasan yang telah berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Penyelidikan dan verifikasi independen masih diperlukan untuk membongkar berbagai informasi yang berseliweran, agar kebenaran dapat ditegakkan dalam situasi konflik ini.