Syracusebroadband.org – Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela semakin meningkat setelah serangan militer AS terhadap kapal yang dicurigai terlibat dalam penyelundupan narkoba di perairan Karibia, dekat Venezuela. Serangan ini dilancarkan pada Jumat, 24 Oktober 2025, yang mengakibatkan enam orang tewas di kapal yang dioperasikan oleh kelompok kriminal Tren de Aragua.
Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menegaskan bahwa serangan ini merupakan langkah pertama pasukan AS di kawasan tersebut. Meskipun tidak menjelaskan secara rinci bukti bahwa kapal yang diserang mengangkut narkoba, Hegseth membagikan video pendek yang menunjukkan momen serangan. Sejak bulan September, AS telah meluncurkan sepuluh operasi serupa, yang dilaporkan menyebabkan sekitar 40 korban jiwa.
Presiden Donald Trump, dalam pernyataannya pada 23 Oktober, mengindikasikan bahwa pemerintahannya akan memberikan penjelasan kepada Kongres mengenai operasi militer ini. Dia menyatakan bahwa serangan darat terhadap kartel narkoba bisa jadi langkah berikutnya tanpa memerlukan deklarasi perang.
Sebagai bagian dari peningkatan operasi di kawasan tersebut, AS mengerahkan kapal perusak, jet tempur F-35, dan kapal selam nuklir, serta ribuan personel militer. Namun, strategi agresif ini menuai kritik dari sejumlah pakar hukum dan politisi Demokrat, yang mempertanyakan legalitas tindakan tersebut berdasarkan hukum internasional.
Sementara itu, Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, mengklaim bahwa serangan militer AS adalah bagian dari upaya untuk menggulingkan pemerintahannya. Pemerintah AS menuduh Maduro memiliki keterkaitan dengan jaringan narkoba, tuduhan yang dibantah oleh Maduro sebagai provokasi politik yang merusak kedaulatan Venezuela.